Halaman

Jumat, 07 Oktober 2011

tugas softskil (masalah yang terjadi di masyarakat) berjudul mahalnya sebuah kejujuran dalam kehidupan


Mahalnya sebuah kejujuran dalam kehidupan

zaman sekarang sulit bicara soal kejujuran. Kejujuran menjadi sebuah barang mahal dan langka. Jadi, sah-sah saja ketika almarhum Kasino Warkop pernah berkata, “Jangan kelewat jujur, ntar elu ga kebagian.” Katanya, kejujuran hanya ada di masa lalu di mana banyak orang bijak yang masih bisa ditiru.
            Di kehidupan masa kini, kejujuran telah menjadi sebuah keniscayaan. Semuanya kini serba mustahil. Sebuah kejujuran justru tidak diapresiasi bahkan mendapat kehormatan tinggi. Betapa masyarakat kita kini telah kehilangan akan ruh kejujuran, dan lebih mengedepankan emosional sesaat.
            Sejak kecil kita dididik untuk bersikap jujur dan berkata benar. Karena kejujuran adalah pondasi dari sebuah kebenaran dan menjadi pedoman bagi kita dalam berprilaku secara positif.
            Bangsa ini sudah sakit karena ketidakjujuran. Kita cermati prilaku penguasa, elit politik, birokrat, penegak hukum, pengusaha hingga elemen paling kecil dalam struktur sosial di masyarakat, telah kehilangan akan ruh kejujurannya.
            Kita bisa lihat korupsi di mana-mana, dan akar dari prilaku menyimpang itu adalah ketidakjujuran. Bagaimana seseorang yang hanya pegawai golongan rendahan bisa memiliki harta melimpah.
            Demikian pula seorang aparat penegak hukum memiliki tabungan hingga ratusan miliar rupiah. Seorang pengusaha dengan mudah menguasai berbagai proyek besar milik pemerintah. Mereka menilai kejujuran sudah menjadi barang yang mustahil, dan tidak lagi begitu diperlukan di masa kini. Edan!
            Jujur tak hanya diartikan secara harfiah sebagai 'berkata benar,mengakui atau memberikan suatu informasi yang sesuai dengankenyataan dan kebenaran'. Tapi juga dalam pengertian yang lebih luas, tidak berbohong, tidak menipu, tidak mencuri, tidak korupsi,tidak berbuat tindak kekerasan, tidak melakukan selingkuh, dan sejumlah `tidak' lainnya, merupakan bentuk lain dari sebuah kejujuran.
            Oleh karena itu kejujuran membutuhkan komitmen untuk pemenuhan kejujuran nya . Dalam jenis pekerjaan apapun, nilai sebuah kejujuran tak bisa ditawar-tawar lagi. Anda harus memegang teguh pada komitmen dimanapun Anda berada dan bekerja. Tidak boleh berbohong. Tidak boleh menipu. Tidak boleh merekayasa. Bagaimana Anda mau dikatakan jujur, jika hendak menjadi caleg saja harus menyogok. Bagaimana Anda
mau dikatakan jujur, jika Anda membohongi publik dengan aksi menggoreng saham, yang nilai sahamnya memang tidak sebanding dengan nilai buku perusahaan.
            Lantas, bagaimana agar nilai-nilai kejujuran dapat terus berkembang?
Kejujuran sesungguhnya dapat ditularkan. Sama seperti virus, ia dapat menyebar dengan cepat. Suri tauladan yang baik selalu berawal dari atas. Dalam psikologi, dikenal prinsip modelling. Artinya murid akan dengan mudah meniru perilaku tertentu melalui proses peniruan terhadap model. Siapa saja dapat bertindak sebagai model. Pemimpin,
orangtua, guru, orang-orang yang mempunyai banyak penggagum, ataupun orang-orang yang mempunyai pengikut. Jadi, bila pemimpinnya tidak jujur, sulit mengharapkan rakyatnya juga berlaku jujur. Jika seorang pejabat korupsi, jangan salahkan kalau bawahannya ikut-ikutan korupsi. Dan, jangan juga salahkan sang anak yang malas belajar karena asik menonton televisi, sementara sang anak melihat ibunya
asik menonton sinetron.

            Ada pendapat yang mengatakan bahwa kejujuran sulit diterapkan dalam
dunia bisnis dan politik. Pertimbangan moral dikesampingkan dan lebih mengedepankan nafsu untuk mencari untung atau kekuasaan semata. Benarkah demikian? Sebaliknya. Padahal, kejujuran akan membawa pada kelanggengan. Kepercayaan, lebih-lebih dalam dunia bisnis, membutuhkan prasyarat bernama karakter. Karakter dibangun dari dua hal utama; kejujuran dan tanggung jawab. Kejujuran berbicara tentang moralitas dan etika. Sedangkan tanggung jawab berhubungan dengan kompetensi. Di negeri ini, banyak pebisnis yang sukses dan politisi yang dikenang hingga kini karena kejujuran yang
dianutnya selama ini. Nilai-nilai yang mereka anut untuk: tidak ngembat sana-sini, tidak ngemplang, tidak sikut kanan-kiri, tidak merekayasa nilai proyek, tidak mengulur-ulur penjualan saham, atau tidak ngadalin mitra kerjanya.
            Oleh karena itu kejujuran membutuhkan pengorbanan untuk menunda
kesenangan. Meniti dan mencapai hasil sesuai dengan usaha tanpa
harus menipu. Apa enaknya, bila kesuksesan diraih dengan begitu cepat, tetapi dengan mengorbankan nilai-nilai kejujuran. Hidup tak tentram, tidurpun tak nyenyak.
            Kejujuran memerlukan kesadaran untuk paham akan batas kelemahan diri
sendiri dan tidak sungkan untuk mengaku salah. Dan juga sebaliknya, bersedia memaafkan kelemahan orang lain. Kejujuran juga berarti sadar bila tidak mampu dalam mengerjakan sesuatu. Jika kemampuan Anda mengangkat beban hanya lima kilo, jangan memaksakan Anda mengangkat hingga mencapai sepuluh kilo. Jika harga saham sesungguhnya hanya seribu perak, jangan dipaksakan dijual lima ribu perak.
            Kejujuran merupakan salah satu kunci untuk mengatasi masalah hidup
berbangsa dan bermasyarakat di negeri ini. Seperti pepatah lama Belanda yang mengatakan,” eerlijk duurt 't langst”, jujur itu langgeng. Percayalah.

SUMBER :
http://fortado-blog.blogspot.com/2009/11/mahalnya-sebuah-kejujuran-di-mata.html


0 komentar:

Posting Komentar