Dalam bahasa Indonesia “Game”
berarti “permainan”. Permainan yang dimaksud dalam game juga merujuk pada
pengertian sebagai “kelincahan intelektual” (intellectual playability).
Sementara kata “game” bisa diartikan sebagai arena keputusan dan aksi
pemainnya. Ada target-target yang ingin dicapai pemainnya. Kelincahan
intelektual, pada tingkat tertentu, merupakan ukuran sejauh mana game itu
menarik untuk dimainkan secara maksimal.
Dahulu istilah game identik dengan anak-anak
selaku pemain. Yang ada dibenak kita adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh
anak-anak yang menurut mereka itu dapat menyenangkan hati mereka. Segala bentuk
kegiatan yang memerlukan pemikiran, kelincahan intelektual dan pencapaian
terhadap target tertentu dapat dikatakan sebagai game. Tetapi yang akan dibahas
pada kesempatan ini adalah game yang terdapat di komputer, baik off line maupun
online. Saat ini perkembangan games di komputer sangat cepat. Para pengelola
industri game berlomba-lomba untuk menciptakan game yang lebih nyata dan
menarik untuk para pemainnya. Hal inilah yang membuat perkembangan games di
komputer sangat cepat. Sehingga games bukan hanya sekedar permainan untuk
mengisi waktu luang atau sekedar hobi. Melainkan sebuah cara untuk meningkatkan
kreatifitas dan tingkat intelektual para penggunanya. Namun, tentu saja
kenyataan juga harus kita masukkan kedalam perhitungan. Kenyataan itu
diantaranya adalah kecanduan para pemain / penggunanya yang akut terhadap
permainan komputer semacam ini. Mereka bisa lupa segala-galanya akan tugas
mereka yang lain termasuk tugas menuntut ilmu.
GENERASI PERTAMA
Game bermula pada tahun 1972, pada saat itu,
orang masih belum mengenal apa itu konsol, apa itu game komputer, yang ada
hanya istilah ”video game”, yaitu sebuah permainan elektronik yang menampilkan
gambar bergerak (video). Pada tahun 1972 ini, sebuah perusahaan bernama
Magnavox meluncurkan video game pertama, yaitu Odyssey.
Boleh dibilang, Odyssey bukanlah sebuah mesin
yang sukses, penjualannya tidak menunjukkan antusias konsumen. Tidak lama
berselang, sebuah game arcade legendaris Atari bertitel Pong muncul. Pong
merupakan sebuah game sederhana yang mengambil konsep permainan tenis, satu
bola dan 2 papan di kiri dan kanan, pemain sebisa mungkin harus berusaha
mengembalikan bola ke daerah lawan, tentu kita sudah pernah melihat game yang
hingga 2009 ini masih dimainkan.
Atari merilis Pong dalam bentuk sebuah mesin ding
dong bernama Sears. Akhirnya, pada tahun 1975, Magnavox menyerah dan
menghentikan produksi Odyssey. Sebagai gantinya, mereka mengikuti jejak Atari,
memproduksi mesin ding dong bernama Odyssey 100, yang khusus menyajikan game
Pong.
Fairchild VES, pertama di dunia yang menggunakan
media cartridge.
Pada tahun 1976, Fairchild mencoba menghidupkan
kembali dunia video game dengan menciptakan VES (Video Entertainment System).
VES adalah mesin pertama yang disebut ”konsol”. Konsol ini menggunakan kaset
magnetik yang disebut cartridge. Nah, konsep ini kemudian diikuti oleh beberapa
produsen lain, termasuk Atari, Magnavox, dan RCA, ketiga perusahaan tersebut
juga merilis konsol serupa.
Pada tahun 1977, dunia konsol menjadi tidak
populer, game-game yang ada tidak berhasil menarik minat. Fairchild dan RCA
mengalami kebangkrutan. Praktis, hanya ada Atari dan Magnavox yang masih
bertahan di dunia video game. Sekitar tahun 1978, Magnavox meluncurkan Odyssey
2, seperti halnya Odyssey pertama, konsol ini pun gagal menjadi hit. Tak lama
berselang, Atari meluncurkan konsol legendaris, Atari 2600, yang terkenal
dengan game Space Invaders-nya. Dan mulai tahun 1980, berbagai produsen konsol
muncul, dan mereka mengambil Atari 2600 sebagai konsep dasar, perkembangan
dunia game pun semakin pesat.
Tiga tahun berselang, tepatnya tahun 1983, dunia
video game kembali ambruk. Game-game yang kurang kreatif membuat konsol kembali
mendapat sambutan dingin, apalagi, PC saat itu menjadi semakin canggih. Orang
lebih memilih membeli PC ketimbang konsol video game, selain untuk bermain, PC
juga produktif untuk bekerja.
Kampanye seperti inilah yang terjadi di pasar dan
membuat hampir seluruh perusahaan konsol mengalami kebangkrutan. Dan tahun 1983
ini menjadi titik di mana game-game komputer (PC Game) semakin berkembang
pesat, hingga saat ini. Pelopor PC ber-game saat itu adalah Commodore 64,
konsol sekaligus personal computer yang menyediakan tampilan grafis 16-warna
dan memiliki kapasitas memori jauh lebih baik dari konsol videogame model apa
pun.
Atari 2600, sempat hit tahun 80-an. Memiliki
“adik” bernama Atari 2600 Jr.
Famicom dari Nintendo, berhasil merajai pasar videogame di era generasi ketiga.
Hancurnya dunia konsol, menggugah perusahaan
bernama Famicom untuk mencoba industri videogame kembali. Perusahaan Jepang ini
menciptakan gebrakan baru, sebuah konsol bernama Famicom/Nintendo Entertainment
System (NES) dirilis di akhir 1983. Konsol ini menampilkan gambar dan animasi
resolusi tinggi untuk pertama kalinya. Setelah mendapat sambutan hangat di
Jepang, Famicom memperluas pemasarannya ke Amerika, yang dikenal dengan NES
(Nintendo Entertainment System). Nintendo memiliki chip pengaman pada cartridge
game mereka, dengan demikian seluruh game yang akan dirilis haruslah seijin
developer Nintendo. Dan akhirnya, muncul sebuah game legendaris, Super Mario
Brothers, yang dibintangi karakter fenomenal yang tetap eksis hingga kini,
Mario.
NES mendapat sambutan hangat di seluruh dunia,
dan sebuah perusahaan bernama Sega mencoba menyaingi Nintendo. Pada tahun 1988,
Sega merilis konsol next-generation mereka, Sega Mega Drive (yang juga dikenal
dengan Sega Genesis). Konsol ini menyajikan gambar yang lebih tajam dan animasi
yang lebih halus dibanding NES. Konsol ini cukup berhasil memberi tekanan,
tetapi NES tetap bertahan dengan angka penjualan tinggi. Dua tahun berselang,
pada 1990, Nintendo kembali menggebrak dengan konsol next-gen mereka, SNES
(Super Nintendo Entertainment System). Selama 4 tahun, Nintendo dan Sega
menjadi bebuyutan, meskipun ada beberapa produsen seperti SNK dengan
NeoGeo-nya, NEC dengan TurboGrafx-16 dan Phillips CD-i, tapi kedua konsol
mereka begitu handal dan populer.
Rivalitas yang legendaris, Super NES dan Mario Brothers sebagai ikonnya melawan SEGA Mega Drive dan Sonic the Hedgehog sebagai ikonnya.
GENERASI KELIMA
Panasonic 3DO, konsol game pertama yang
menggunakan media CD.
Mulai dari 1990 sampai 1994, Sega dan Nintendo
tetap bersaing. Berbagai game fenomenal dirilis. SNES menyertakan chip Super FX
pada cartridge mereka, dan Sega menggunakan Sega Virtua Processor, keduanya
bertujuan untuk meningkatkan kualitas grafis dari game. Alhasil, SNES dan Sega
saling beradu dengan game-game keren seperti Donky Kong Country (SNES) dan
Vectorman (Sega).
Awal generasi kelima dimulai ketika tahun 1993,
sebuah perusahaan ternama, Panasonic, merilis konsolnya yang bernama Panasonic
3DO. Ini adalah konsol pertama yang menggunakan CD sebagai pengganti cartridge.
Harganya yang sangat mahal membuat konsol ini tidak populer, 3DO tidak bertahan
lama dan harus segera menghentikan produksinya
Selanjutnya, tahun 1994, Atari kembali meluncurkan
konsol baru untuk menandingi Nintendo dan Sega. Atari Jaguar jelas jauh lebih
canggih ketimbang NES maupun Mega Drive, tetapi penggunaannya yang sulit
menjadi batu sandungan, belum lagi, pada tahun yang sama, Sony merilis konsol
super legendaris, PlayStation. Atari bangkrut dan akhirnya melakukan merger.
Konsol basis CD yang pertama kali menuai sukses
adalah Sony PlayStation. Konsol Jepang ini segera mendapat sambutan hangat, dan
hingga saat ini, PlayStation sudah terjual ratusan juta unit. PlayStation yang
juga disebut PS-One merupakan konsol terlaris sepanjang masa. Sega dan Nintendo
tampaknya menyadari ketertinggalan mereka dari Sony. Sega kemudian merilis Sega
Saturn, dan Nintendo mengeluarkan Nintendo 64. Tapi, sayangnya, duo konsol
tersebut udah nggak sekuat dulu lagi.
Setelah jatuhnya Nintendo dan Sega, kini dunia
konsol jadi milik Sony. PlayStation menjadi raja dan bisa dibilang tidak
memiliki pesaing. Sega mencoba meluncurkan Sega Dreamcast pada 1998 untuk
mematahkan dominasi Sony, tetapi kembali gagal, akhirnya pada tahun itu juga,
Sega mengundurkan diri dari dunia produsen konsol.
Sony semakin ’merajalela’ ketika mereka berhasil
merilis konsol barunya, PlayStation 2, yang sudah berbasis DVD pada tahun 2000.
Nintendo mencoba bertahan di dunia konsol dengan merilis GameCube. Konsol ini
tidak menggunakan DVD 12 cm biasa, melainkan DVD yang berukuran lebih kecil,
yaitu 8 cm. Ukuran keping medianya yang lagi-lagi nyeleneh membuat GameCube
kurang populer.
Dari kiri ke kanan: Nintendo GameCube, Microsoft Xbox, Sony Playstation 2. Diurut berdasarkan tingkat popularitasnya.
Satu-satunya pesaing serius PlayStation 2 adalah Xbox. Sebuah konsol keluaran Microsoft ini menggebrak dengan tampilan visual yang sangat tajam dan berkualitas yang kala itu lebih menarik dibanding dengan PlayStation 2. Sayangnya game-game Xbox ternyata tidak sepopuler PlayStation 2. Satu game Xbox yang menjadi hit dan cukup fenomenal yaitu Halo. Karena game ini sudah memanfaatkan fasilitas ‘unggul’ dari Microsoft, yaitu Xbox Live.
GENERASI KETUJUH
Xbox 360, Wii, Playstation 3, menjadi pesaing tetap dari generasi sebelumnya.
Boleh dibilang, Xbox terlambat meluncur ke pasaran dibanding PlayStation 2, dan support game-game tenar juga sangat minim. Tetapi, Microsoft seolah belajar dari kesalahannya. Pada saat Sony masih melakukan riset untuk konsol PlayStation 3 yang menggunakan Blu-Ray, Microsoft kali ini telah mengambil seribu langkah lebih cepat. Xbox 360, konsol generasi terkini yang memanfaatkan media HD-DVD (nantinya) meluncur pada November 2005 silam.
Xbox 360 hadir dengan segudang fitur istimewa, mulai dari grafis, hingga titel-titel game terkenal. Di antaranya Best Game of The Year 2006 versi beberapa situs game terkemuka, Gears of War. Apalagi, Xbox Live semakin disempurnakan, dan mendapat sambutan luar biasa dari para gamer.
Kali ini, giliran Sony yang terlambat. PlayStation 3 dirilis pada November 2006, selang seminggu sebelum Nintendo meluncurkan terobosannya, yaitu Nintendo Wii. Posisi PlayStation 3 kurang menguntungkan, selain karena Xbox 360 sudah keburu tenar duluan, Wii juga menawarkan inovasi pada stik kontrol mereka yang ’motion sensitive’. Apalagi, harga konsol terbaru Sony itu merupakan yang paling mahal dibanding dua pesaingnya. Alhasil, penjualan PlayStation 3 menjadi yang terendah di bawah Xbox 360 dan Wii.
GENERASI KEDELAPAN
Xbox one, Playstation 4
buah perangkat PlayStation 4, satu buah dualshock wireless controller, satu buah mono headset, satu buah AC power cord, satu buah kabel HDMI, dan satu buah kabel USB.
Untuk
memuaskan pelanggan, Sony juga menyediakan empat buah paket pembelian
PlayStation 4, yaitu PS4 Bundle Set 1 yang terdiri dari satu set PS4
ditambah PS Camera Bundle Pack dengan harga Rp 7,399 juta. Dengan paket
ini, pengguna dapat bermain "THE PLAYROOM" yang sudah terinstal di semua
PS4, dan menikmati konten Augmented Reality melalui PS Camera.
Untuk PS4 Bundle Set 2 terdiri dari satu set PS4 ditambah game Battlefield 4 Bundle Set seharga Rp 7,499 juta, kemudian PS4 Bundle Set 3 yang terdiri dari satu set PS4 dengan game Killzone: Shadow Fall. Bundle
Set dengan harga Rp 7,399 juta, terakhir adalah PS4 with SONY BRAVIA
W-Series Bundle Set yang terdiri dari satu set PS4 beserta satu buah
televisi SONY BRAVIA W-Series.
PS4
hadir dengan sejumlah keunggulan dibanding pendahulunya, PlayStation 3
(PS3). Keunggulan tersebut meliputi sistem grafis yang lebih kuat dengan
prosesor eight-core x86 dan memori RAM 8 GB. Dengan peningkatan spesifikasi tersebut, PS4 bisa memainkan berbagai judul game yang membutuhkan kinerja hebat seperti Killzone: Shadow Fall atau Call Of Duty: Ghost. Konsol game ini juga dilengkapi kontroler DualShock 4 yang dibekali tombol share media sosial untuk berbagi..
GENERASI HANDHELD
Mattel Electronics, video game saku pertama di dunia.
Merebaknya popularitas game membuat berbagai
perusahaan elektronik berusaha membuat terobosan baru. Di antaranya adalah
membuat sebuah mesin game berukuran kecil, yang bisa dibawa ke mana pun.
Belakangan, konsol pun dibuat mini, serupa dengan handheld, tentu saja, ini
merupakan sebagian terobosan besar yang tidak boleh dilupakan dalam sejarah
game.
Sejarah video game saku ini bermula pada tahun
1976, beberapa piranti dari Mattel dirilis ke pasaran, tetapi tidak begitu
populer. Demikian pula dengan handheld buatan Milton Bradley yang dilempar ke
pasaran tahun 1979 silam. Perusahaan-perusahaan Jepang mulai merambah pasar
handheld pada awal 1980-an, tetapi tetap sama saja hasilnya. Hal ini terus
berlanjut hingga 1984. Pada waktu itu, sebuah nama yang tentu tidak asing sampe
sekarang, Game Boy, muncul. Handheld buatan Nintendo ini begitu diminati dan
dinobatkan sebagai handheld pertama di dunia yang angka penjualannya boleh
dikatakan sukses.
Lima tahun kemudian, pada 1979, Atari mengakhiri
era handheld hitam putih. Produk andalannya, Atari Lynx, membawa dimensi baru.
Ini handheld pertama yang mampu menampilkan warna, sekaligus animasi 3D yang
sederhana. Tahun 1990, dunia handheld semakin menggila, NEC, perusahaan
elektronik terkemuka di Jepang membuat handheld yang mampu merender animasi 3D
lebih kompleks, karena menerapkan konsep grafis 3D untuk PC (personal
computer).
Semenjak tahun tersebut, produsen game semakin gencar melakukan riset untuk handheld. Sega merilis Game Gear dan setahun berselang, Nintendo memperbarui produknya dengan Super Game Boy. Bahkan, Sega memproduksi handheld tanpa layar, Mega Jet, untuk diimplementasikan di pesawat terbang guna menghibur penumpangnya. Nintendo Virtual Boy menyusul pada tahun 1994, lengkap dengan kacamata 3D-nya, yang sekarang banyak ditiru untuk pelengkap berbagai paket produk grafis 3D.
Mulai tahun 1995, ada ide untuk mengecilkan ukuran konsol, dimulai dari Sega Nomad. Konsol ini membutuhkan cartridges Sega Mega Drive, tetapi ukurannya kecil, maka dari itu tergolong handheld. Pada tahun 1996, muncul Neo Geo Pocket, disusul oleh beberapa variasi Game Boy Pocket dan Game Boy Color, yang terus berinovasi tiap tahunnya.
Semenjak tahun tersebut, produsen game semakin gencar melakukan riset untuk handheld. Sega merilis Game Gear dan setahun berselang, Nintendo memperbarui produknya dengan Super Game Boy. Bahkan, Sega memproduksi handheld tanpa layar, Mega Jet, untuk diimplementasikan di pesawat terbang guna menghibur penumpangnya. Nintendo Virtual Boy menyusul pada tahun 1994, lengkap dengan kacamata 3D-nya, yang sekarang banyak ditiru untuk pelengkap berbagai paket produk grafis 3D.
Mulai tahun 1995, ada ide untuk mengecilkan ukuran konsol, dimulai dari Sega Nomad. Konsol ini membutuhkan cartridges Sega Mega Drive, tetapi ukurannya kecil, maka dari itu tergolong handheld. Pada tahun 1996, muncul Neo Geo Pocket, disusul oleh beberapa variasi Game Boy Pocket dan Game Boy Color, yang terus berinovasi tiap tahunnya.
Sony merilis PocketStation pada 1998 dan
memberikan kejutan besar di dunia konsol. Handheld ini memiliki kualitas visual
yang jauh lebih baik dibanding handheld lain yang ada di pasaran. Salah satu
pentolan Nintendo, Gumpei Yokoi, memutuskan untuk keluar dan bergabung dengan
Bandai, kemudian merilis WonderSwan dan WonderSwan Color pada 1999 dan 2000.
Meski kalah jumawa dari Nintendo DS, Sony PSP
telah menetapkan standar baru teknologi handheld di masa depan.
Pada 2001, Game Park GP32 muncul. Handheld buatan
Korea ini sangat unik, selain fitur multimedia, pemiliknya bisa mendesain
aplikasi dan game sendiri untuk GP32. Nintendo juga merilis Game Boy Advance
pada tahun yang sama. Bahkan, Nokia produsen ponsel yang tidak asing bagi Anda,
merilis handheld Nokia N-Gage di tahun 2003. Ini merupakan ponsel sekaligus
piranti game yang lengkap dengan fitur-fitur multimedia dan interkonektivitas,
seperti Bluetooth. Dan juga pada tahun ini, dirilis Game Boy Advance SP dengan
model yang cantik, solid, dan padat.
Akhir 2004, Sony merilis handheld pertama yang
menggunakan cakram bernama PSP dan dibarengi dengan hadirnya Nintendo DS, yang
menggunakan konsep dual screen (layar ganda). Disusul oleh Game Boy Micro dan
Game Park XGP yang rilis sepanjang 2005. dan akhirnya tahun 2006 lalu, Nintendo
DS Lite dan Pelican VG Pocket Caplet menjadi handheld terbaru yang dilempar ke
pasaran.
Sumber Artikel :